• KULIAH UMUM PEMBATIK HARI 2

    Kuliah umum pada hari kedua ini diawali dengan penyampaian sambutan oleh bapak Jumeri, S.TP.,M.Si beliau adalah Direktur jendral PAUD Dikdasmen Kemendikbudristek, seperti kuliah umum hari pertama kemarin pembawa acara masih dibawkan oleh Zacky Hosen, dalam sambutan beliau mengungkapkan sebagai seorang pendidik maksimalkan potensi diri dalam memanfaatkan TIK, tetap belajar dan menjadi garda terdepan untuk pendidikan Indonesia.

    Setelah penyampaian sambutan singkat dari bapak dirjen Paud kegiatan diambil alih kembali oleh pembawa acara dan diserahkan kepada moderator Ibu Yuli Yestiarum Duta Rumah Belajar Daerah Istimewa Jogjakarta, yang menjadi pemateri kuliah umum di hari terakhir ini tidak kalah menarik dengan pemateri hari sebelumnya, beliau adalah Maman Suherman yang akrab disapa Kang Maman dimana-mana wajah beliau tersebar menghiasi layar kaca, jagad maya bahkan kehidupan nyata kita sehari-hari seprti yang kita ketahui bersama beliau adalah seorang penulis, pegiat literasi, sekaligus konsultan komunikasi. ciri khas beliau masih sama selalu membuat terpana dan berfikir kembali atas segala apa yang disampaikannya.Judul materi yang disampaikan kali ini adalah Motivasi Guru Dalam Mendidik: Beljar Dalam Mengajar & Kiat Sukses Berkomunikasi Dengan Publik

    Beliau mengatakan sangat mengagumi sosok kihajar dwantara karena bliau selalu mencantumkan budaya dalam pembelajarannya hal ini dianggap sebgai sesuatu yang mampu melatih budi pekerti, dan semuanya bisa dikembangkan demi kemajuan pola didik disekolah semisal menggaungkan antra lagu dan sastra agar pembeljran lebih menarik. 

    Kang Maman menyebutkan penggunaan budaya dalam pendidikan menurut kihajar dewantara ada 3 hal yaitu:

    Nnton, Niteni, Nirokke dalam bukunya KHD mengatakan, untuk mempelajari segala sesuatu bisa ditempuh dengan cara “mengenali dan mengingat” sesuatu yang dipelajari niteni, menirukan sesuatu yang dipelajari nirokake, serta mengembangkan sesuatu yang dipelajari nambahi. Dengan cara seperti ini kita dapat memperoleh hasil yang memadai. Pemikiran tentang Keseimbangan. Menurut KHD, pendidikan itu hendaknya memberi keseimbangan dalam pengembangan kecerdasan intelectuality di satu sisi dan kepribadian personality di sisi yang lain. Kecerdasan tanpa diimbangi kepribadian membuat Sang Anak menjadi pintar tetapi buruk; sebaliknya kepribadian tanpa diimbangi kecerdasan membuat Sang Anak menjadi baik tetapi bodoh. 

    Kemudian Kang Maman juga mengutip tentang Ngerti Ngerasa Ngelakoni yang dalam bahasa indonesia artinya Mengerti, Merasakan dan Melakukan (Kognitif, Afektif dan Psikomotorik).

    Harus diakui bahwa beberapa yang disebutkan tadi merupakan petuah, nasehat dan ungkapan yang hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat sebagai kebudayaan yang harusnya melekat secara terus-menerus dalam setiap diri manusia dalam hal ini peserta didik maupun kita sendri sebagai seorang pendidik.

    Pengertian sederhana dari Ngerti, Ngrasa dan Nglakoni ini adalah:

    Ngerti (Mengerti) : ini adalah upaya seseorang untuk memperoleh pengetahuan atas sesuatu yang ingin diketahui maupun yang tidak disengaja melalui panca inderanya. Di dalam aspek kognitif ini ia akan mampu mengenali sesuatu, identifikasi dan membuat suatu konsep dari pengetahuan baru yang ia peroleh.

    Ngrasa (Merasakan): ini adalah fase afeksi dimana seseorang merasakan dan menghayati apa yang telah ia ketahui, tidak hanya sekedar tahu tetapi menemukan makna di dalamnya. Ini nampak dari perubahan sikapnya karena pengetahuan baru yang telah diperoleh sebelumnya.

    Nglakoni (Melakukan): bagian ini merupakan aspek motorik di mana seseorang bertindak, melakukan sesuatu atau keterampilan karena pengetahuan baru yang ia pelajari sebelumnya. Ini merupakan bentuk konsistensi dan keteladanan, melakukan apa yang telah dipelajari sebelumnya.

    Inilah tiga hal yang menurut Kang Maman harus selalu digaungkan oleh para pendidik jangan sampai peserta didik kita secara akademik sangat mumpuni namun karakter dan kepribadian sangatlah jauh dari harapan, dengan kata lain bisa baca tapi tidak mengerti apa dimaksudkan, tidak merasa.

    selanjutnya kang maman memaparkan tentang ERA "Dwi Kewarganegaraan" warga negara sekaligus warganet, manusia jenis inilah yang sangat diwanti-wanti di era seperti sekrang ini manusia yang 1/3 hidupnya ada di internet, yang merasa kurang jika postingannya tidak mendapat like, maupun komentar, kebiasaan seprti ini bahkan merambah ke dunia pendidikan mulai dari siswa bahkan pendidiknya sendiri, kang maman sampai menceritakan kasus pembulian seorang SMP yang dimulai oleh gurunya sendiri, padahal segala permasalahan seharusnya, sewajrnya tidak diselesaikan di dunia maya.

    akhirnya sampailah pada materi akhir yaitu kesalahan mengajar yang sering dilakukan oleh para pendidik di sekolah (Kesalahan Komunikasi).

    disebutkan oleh Kang maman "Yohanes Surya menjelaskan dalam bukunya bahwa tidak ada anak yang bodoh, yang ada hanyalah anak yang belum bertemu dengan guru yang baik dengan metode yang baik".

    selanjutnya penjelasan penyakit disteachia atau Virus 3T dalam pembelajaran yang banyak melanda para pendidik diseluruh nusantara 
    1. Teacher Talking Time kegiatan ini adalah salah satu kegiatan yang paling menyebalkan (merupakan pengantar yang indah untuk anak-anak melamun, mengantuk dan tidak menyimak) materi ajar yang diberikan, siswa belajar dan guru mengajar adalah jalan yang berbeda, kurangi verbalisme, siapkan mental untuk berdialog ajak siswa menganlisis, dan mensisntetis agar tercipta pengetahuan yang terorganisir.

    2. Task Analysist 
    kegiatan pemebelajran yang biasa dilakukan pendidik yang mengarahkan siswa langusng ke materi (padahal dikepala peserta didik saat ini bukan cuma perkara itu.

    3. Tracking

    Tracking adalah pengelompokan siswa kedalam beberapa kelas berdasarkan kemapuan kognitifnya. Output tracking adalah pembagian kelas menjadi kelas untuk anak pintar dan kelas untuk anak bodoh. virus ini hampir menjangkiti semua sekolah, terutama sekolah favorit. Thomas Amstrong dalam bukunya Awakening Genius in the Classroom telah melakukan penelitian tentang kelas khusus. Ternyata perkembangan psikologi dan kompetensi seorang siswa pandai yang masuk dalam kelas khusus anak pandai atau kelas akselerasi mempunyai resiko tingkat kecerdasan. Kompetisi kognitif yang terjadi setiap saat pada kelas ini menimbulkan ketegangan dan memenjarakan siswa dalam dikotomi kalah dan menang. Sejengkal saja tertinggal dari teman yang lain dapat menyebabkan penyesalan bahkan frustasi yang cukup besar.

    Terlebih jika diadakan “rolling kelas” dimana siswa yang nilainya turun dipindah/dirolling ke kelas yang level (kognitif) lebih rendah. Pada dasarnya kelas akselerasi dan unggulan bisa saja diterapkan, selama kita menggunakan sistem kurikulum dengan Sistem Kredit Semester (SKS) seperti pada perguruan tinggi. Tetapi tidak dianjurkan dalam sekolah yang masih menggunakan sistem paket. Coba kita renungkan, perasaan para siswa yang berada pada level “kognitif rendah.” Konsekwensinya, semangat siswa untuk maju relatif kecil sebab mereka sudha mendapatkan label “kelas bodoh”.

    materi tersebut menutup kegiatan Kuliah Umum hari ini tidak lupa Kang Maman dengan cirinya yang selalu menyematkan puncline di akhir pertemuannya, jadilah seperti lilin jadilah seprti ungkapan kartini dalam bukunya Habis gelap terbitlah terang, yang sebenranya itu di adopsi dari titah Tuhan dalam Kitab sucinya. 

    Semoga Kita semua dianugrahi perasaan untuk selalu berusah menjadi guru yang baik, guru yang belajar guru yang semnagt berinovasi.





  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar